Ku lihat wajah-wajah mereka, sebagian tampak senang ingin segera pulang ke kampung halaman. Pagi hari yang cerah menjelang hari raya idul fitri ini. Banyak orang-orang berlalu lalang di bawah gerbang megah BEC di akhir bulan suci ini. Hari libur telah tiba. Sebelum pulang Mr.Kalend memberi pembekalan untuk kita semua tentang arti pakaian sejati diri kita yang benar. Dan di akhir acara itu kita saling berjabat tangan satu sama lain dengan membentuk deretan panjang seperti antrian jatah sembako. Tepat di pagi itu stelah menerima kartu holiday. Beberapa murid BEC dari kelas CTC, TC, MS berkumpul di surau kecil milik BEC.
Opening ramadhan camp pun di mulai. Mr.Tajwid dan Mom.Nunung menjelaskan aturan dan susunan acara di program ini. Dengan suasanan yang tenang , angin yang gemulai di bawah terik mulai membelai isi ruangan. Mengalun seiring arah angin berarah ke seluruh penjuru arah. Mereka lah orang-orang yang masih bertahan jauh dari keluarga di moment indah, dimana umumnya hari-hari itu adalah suatu lingkup keluarga, sanak saudara ataupun tetangga saling berkumpul. Dan di tempat kami belajar mempersilahkan kami tinggal di sana gratis dan masih mendapatkan pelajaran dari guru-guru kami. Setelah clear semua penjelasan tersampaikan. Kemudian Mr.Tajwid memilih beberapa murid MS untuk menjadi ketua di acara ini, dengan model suara terbanyak ialah yang terpilih. Ku perhatikan mereka dengan seksama masih ada yang malu-malu bersuara. Di pertemuan yang saling belum mengenal satu sama lain. Dan satu per satu mengangkat tangan sebagai tanda memilih muruid yang telah di calonkan. Singkat opening dan diskusi, terpilihlah brother Hasan menjadi ketua.
Di bulan penuh ampunan ini, dimana orang-orang muslim berpuasa dan beberapa dari meraka di siang hari mungkin menyibukkan diri untuk sekedar berbaring di kasur, membaca al-qur`an, ataupun beraktifitas yang lain. Ketika itu hari sedang panasnya, sekaligus jadwal bagianku untuk belanja bahan-bahan makanan untuk buka puasa hari itu. Soimah menemaniku ke pasar. Tak jauh dari tempat kami, hanya memakan 10 menit naik motor sampailah kami. Terik yang membisu dan gaduh akan dialog ibu-ibu di pasar. Sungguh menyebalkan. Butiran keringat sesegera bergulir dari dahi kami. Hari pertama belanja yang lumayan mengejutkan dan tak begitu asing.
Pukul dua siang aku, Sintia, Soimah, Arman, Agung dan Niswah siap memasak. Brother Rosyid hari ini belum bisa bergabung karena masih ada urusan. Kami mendapat bagian masing-masing untuk jadwal hari pertama. Dari menit ke menit tak terasa waktu telah barjalan sekitar tujuh puluh lima menit. Ketika masakan hampir jadi, datang dua perempuan. Mereka adalah senior kami, Miss.Nafisah dan Miss.Ros. untuk datang membantu kami, di ambang waktu kedatangan mereka cukup membantu. ku dapati mereka seperti habis selesai dari agenda yang mereka miliki. Tak banyak bicara ku suruh dua senior perempuan itu mencicipi sayur yang tengah mendidih itu. Mulailah mereka mengambil sendok kemudian mengambil kuah di dalam wajan. Terlihat ekspresi mereka menyiratkan kata yang menandakan ada sesuatu yang kurang entah apa itu. Kuah dari sendok itu mereka tuangkan di tangan mereka sebagai alas. Lidah mereka nampak getir. Sudah ku tebak, terlalu asin." Dalam cerita orang tua di jawa ya, kalau masakan terus rasa sangat asin. Itu tandanya yang masak sudah kebelet kepengin kawin." Celoteh mereka, aku jadi agak ngerasa tersindir. "iya tuh brother Tony yang bikin sayurnya, hahaha" seloroh mereka menertawaiku, sebagai cowok yang di bagian masak sayur. Tapi itu lah canda yang suatu saat akan terkenang. Guyonan renyah yang dapat memecahkan rasah lapar kami menjadi terobati. Beberapa detik kemudian ku ambilkan air santan yang masih tersisih di atas meja tenis. Mereka menambahkan sedikit demi sedikit. Beres lah sudah, yang lain menyiapkan minum bernuansa serba buah spesial di bulan ramadhan.
Suara lidi yang bergerak menyapu halaman, kucuran air yang basahi seluruh halaman yang berdebu, gaduh di sore hari setelah solat berjamaah. Baiduwi, Eka, Iwin, Julian, Nashih, Adit, Ujang, Ali dan charity inn, bersama-sama membersihkan seluruh tempat di gedung yang megah bagai kerajaan ini. Akan terasa lama apabila kegiatan itu di lakukan sendiri. Dari bersama-sama itu ada rasa saling kerja sama satu sama lain, terkadang di selingi canda tawa, mengejek satu sama lain, ada pula yang jadi bualan, namun itu hanya sekedar candaan agar penat yang mereka rasa menjadi tak terasa. Begitulah sebagian sosial anak muda.
Menjelang magrib, mereka semua telah siap-siap. Sebagian ada yang sedang mandi, ada yang sedang tadarus di musola kecil di setiap sore, dan aktifitas lainnya. Tinggal menunggu adzan berkumandang. Tak lupa dari charity iin Wira, Lutfi dan Tatit. Tanpa Mamat, karna ketika itu ia sudah pulang ke jawa tengah. Baru saja kami membagi nasi dan sayur serta lauk pauknya, sejurus kemudian adzan berkumandang. Pembuka hari ini kita telah membuatkan minuman es yang serba dengan sepesial buah di bulan ramadhan, dengan rasa semanis yang kami inginkan. Kami tak langsung makan, bersama-sama kami solat berjamaah terlebih dahulu. Setelah selesai baru lah kita meneruskan hidangan utama yang telah di nanti-nanti. Untuk menu di pertemuan pertama tak begitu mengecewakan, mereka menikmati makanan begitu lahabnya. Itu lah nikmat bagi orang yang berpuasa. Karena bumbu masakan terlezat di dunia ini adalah rasa lapar. Ketika perut begitu lapar akan dahaga, nasi putih pun terasa bagai pizza dari italia.
Semua akan terjadi seiring waktu berjalan, dimana waktu tak saling mengenal, dimana hati masih menyala sendirian dalam gelap gulita, dan satu ikatan yang tak mungkin mustahil baginyanya, yaitu dimana ada pertemuan di situlah perpisahan mendampingi. Kami pun melanjutkan solat isya` serta tarawih dan witir yang berlanjut setelahnya tadarus bersama. Ketika kantuk mulai bersarang di mata mereka, kopi adalah rutinan bermalam, ada pula yang memilih segera tidur karena penat seharian beraktifitas. Di sekitar pukul sebelas saat-saat dingin malam yang seolah mulai mengajak tubuh untuk lelapkan mata. Lelaplah kami semua sampai terbangun kembali nanti.
Di pagi yang masih sunyi dan belaian hilir angin dingin perlahan menyelimuti tubuh kami. Sekitar pukul dua kami bangun untuk masak kembali buat sahur. Makanan terhidang biasanya dua puluh menit menjelang subuh, bahkan terkadang tiga puluh menit. Kami punya jadwal yang telah di buat, terkadang brother zubir , brother hasan, brother rasyid dan anak perempuan lainnya yang membantu, kami saling bergantian.
Tetap seperti biasanya, solat berjamaah dan tadarus sebentar baru kami melakukan general conversation setiap paginya. Bersih-bersih sehari dua kali pagi dan sore, kami juga punya kelas dengan guru setiap paginya sampai menjelang siang, dengan guru yang berbeda-beda menurut level kelas masing-masing. begitulah aktifitas kami sehari-harinya.
***
Apakah aku tidak salah mendengar semua ini, besok adalah dimana orang-orang berbahagia. Aku tak percaya dengan semua ini, rasanya ingin menyalahkan perkataan mereka. Apa yang kalian katakan itu salah. Jangan asal bicara kalian. Ku lihat Mr.Rizal tidak seperti biasa, aku bertanya ke teman-teman apa yang sebenarnya terjadi. Benarkah Madam Siti Fatimah telah meninggal, padahal pagi ini aku masih berdialog kecil dengan beliu, paras beliau yang masih begitu segarnya bercanda sapa dengan kami di dapur pagi ini. Madam terbaring dengan pias dan lemahnya, jasat tanpa jiwa.
Itukah kematian? Yang datang tak kenal permisi. Kepedihan yang kami dapati itu, tak kuasa kami melihat tangis anak-anak Madam. Terutama Mr.Fu yang sebagai anak bungsu terlihat begitu memilukan tangisannya. Betapa hati terasa tersayat oleh sebilah pedang api yang tajam. Mendengar isak tangis beliau. Madam telah tiada, yang mungkin rasa kasih sayang seorang ibu terhadap anak bungsu itu lebih dari kakak-kakaknya, takdir yang mustahil untuk di rubah atas kuasa-NYA. Kami hanya bisa berdo`a dalam hati, Ya Allah tabahkan lah hati yang tengah kehilangan itu,ya Allah berikan ketegaran hati yang tengah bersedih, apabila hati tak mampu melepas kepergian yang pilu, berilah hati itu ketabahan atas kuasamu ya Robbi. Wahai tuhanku segala pengendali hati.
Pernah terlintas dalam hidupku, hidup hanya sekali. Ingatan itu mengingatkan tentang seorang ibu yang begitu sabarnya merawat anaknya hingga dewasa, dan tak pantas apabila kita menyakiti hatinya. Tak kuat aku membayangkan betapa pedihnya hati seorang ibu bila anaknya sendiri menyakitinya, membencinya bahkan memukulnya dengan keras. Tapi ketika semua itu telah tiada tentang semua hal tengtang ibu. Sesalkah kalian? Sesal akan selalu berkecamuk di dalam dada. Akan hal itu menyadarkanku untuk memuliakan seseorang yang telah melahirkanku. IBU. Kematian sering kali mengajarkan kita betapa berharganya seseorang yang telah tiada.
***
Hari raya idul fitri telah tiba, takbir akbar bertalu merdu di seantero dunia. Di sini kami solat bersama-sama di masjid dengan hati yang tentram. Meski keluarga Mr.Kalend masih berselimut duka. Yang berlalu semoga cepat berlalu. Dan kebahagian segera mengganti. Hampir tiga puluh menit kami di masjid darul fallah, kemudian di sambung kumpul bersama di rumah beliu dan bermaaf-maafan satu sama lain. Ada yang mungkin memendam haru rindu dengan keluarga di kampung hari itu. Yang ketika itu tidak bisa bertemu langsung. Masing-masing dari kami mendapat angpau yang di berikan oleh Mom Nunung satu persatu dengan rata. Berbagi yang menyenangkan, bersama keluarga kecil di tempat kami menimba ilmu. Bahagia.
Setiap malamnya kami ikut serta dengan penduduk setempat mendo`akan almarhumah dengan membaca yasin dan tahlil. Dan setelahnya kami yang bermukim di ramadhan camp bermalam bergantian membaca al-qur`an sampai semampu kami. Khusus anak cewek yang sedang dapat jatah bulan. Entah apa itu. Mereka menyiapkan minuman entah itu kopi ataupun minuman yang segar-segar, terkadang juga membuat makanan ringan untuk pelengkap bergadang di malam hari yang dingin.
***
Di hari terakhir malam itu, Mr.Tajwid dan Mom Nunung menutup program itu, sebelumnya berbincang sedikit dengan pertanyan apa yang kita rasakan selama tinggal di ramadhan camp itu. Dengan khas candaan beliau Mr.Tajwid yang romantis dan menggelitik persepsi anak muda. Kami tertawa gembira begitupun korban buian sampai tertawa tersipu malu. Sambil menunggu yang belum datang. Dari anak MS mungkin akan agak terlambat, karena masih ada agenda dengan Mr.Kalend. Jadi mulailah Mr.Tajwid membuka closin Ramadhan Camp, menanya susunan acara yang telah berlangsung bagai mana, entah itu dari keuangan, fasilitas, makanan dan sebagainya. Begitu pula beliau dan Mom nunung meminta maaf kepada kami semua, yang tentunya kami tidak merasa di beratkan. Sebaliknya seharusnya kamilah yang meminta maaf dan berterimakasih atas segalah yang telah di berikan kepada kami, ilmu yang telah di berikan dan apapun itu semua bermanfaat untuk kami. Sebagai kenangan-kenangan untuk member ramadhan camp. Dari beliau kita di kasih kaos bercorak BEC. Kami sangat berterimakasih.
http://becpare15677.com/component/k2/indahnya-kebersamaan-dalam-program-ramadhan-camp-at-bec#sigProGalleriaddc76f5d90
Usailah pertemuan itu. Semua terasa begitu cepat, belum lagi kami begitu ingin mengulang semua masa-masa indah itu. Ingatkah kalian, dengah chef zubir? Mie acehnya yang buat muka kami merah padam. Karna sangking pedasnya. Bisa jadi paginya kami antri di toilet gara-gara mules, yang ternyata masakan itu kurang air. Sehingga mienya terasa sangat pedas. Memang memasak di porsi banyak itu sulit, apalagi untuk memadukan takaran bumbu dengan porsi kecil. Tak ada bedanya dengan masakanku yang asin-asin ngangenin. Fiuh, lebay. Tapi dari masakan chef zubir itu kami punya kenangan yang lucu dan membekas.
Masih ada lagi moment yang tak terlupakan. Kami makan bersama di atas daun pisang dengan lahabnya. Terkadang saling lempar geser nasi yang masih banyak ke yang sudah habis. Untuk membantu menghabiskannya. Sampai-sampai kami tertawa di buatnya. Lagi-lagi kalau ada bahan bulian yang mendampingi. Seperti halnya uncle Wira yang tersalu kami di buat tertawa oleh tingkahnya yang lucu. Di pagi yang libur kami jalan kaki bersama berkeliling kampung inggris, di sepanjang jalan dengan riang gembira.
Selama tinggal di BEC, kami tahu banyak arti kehidupan dalam ruang yang berbeda, teman-teman yang berbeda dari sabang sampai merauke. Kami mendapat pengalaman yang banyak, yang hanya kita rasakan di saat itu. Mugkin saja suatu saat kami akan berpisah hingga kehilangan kontak, hanya untuk sekedar bertanya kabar. Akan tetapi sebuah kenangan akan selalu berandai-andai, dan bersarang dalam ingatan. Terimakasih untuk guru-guru kami semua, terimakasih untuk kawan-kawanku semua, kalian telah memberi warna baru dalam hidupku. Sampai jumpa untuk semua kawanku di Ramadhan Camp, semoga kita bisa berjumpa kembali di suatu tempat yang berbeda, tanpa saling lupa, dan bertemu dalam suasana gembira. Happy ending.
~see you on the top of success~